Rabu, 23 Juni 2010

Visit Lampung Years: Jalan Menuju Kemajuan Budaya dan Pariwisata Kita

Oleh : Muhammad Danepo

Dewasa ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung tengah gencar melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan iklim pariwisata yang terdapat di daerah Lampung. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Lampung, dibuatlah sebuah program pariwisata yang dikenal dengan “Visit Lampung Years 2009’’ dengan tujuan untuk membenahi, menata, dan mengeksplorasi segala potensi pariwisata serta meningkatkan jumlah wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke tanah Lampung ini. Program ini juga menjadi salah satu sumbangsi bagi Pemprov Lampung untuk pemerintah pusat, yakni Kementerian Budaya dan Pariwisata (Kemenbudpar) dalam menyukseskan program “Visit Indonesia Years” yang digodok sejak tahun 2008 lalu.
Sebagai provinsi yang besar dan kaya, Lampung tentunya juga menyimpan berbagai potensi didalamnya yang sangat baik untuk perkembangan pariwisata di Lampung. Potensi ini dapat dibedakan menjadi dua macam yakni potensi alam dan potensi sosial. Potensi alam yang dimiliki, pertama adalah letak geografis Provinsi Lampung yang berada sangat strategis di sebelah paling selatan Pulau Sumatera, sehingga Lampung menjadi provinsi pesisir dengan kekayaan laut dan pantainya, hal ini dapat kita di kawasan pesisir kota Bandar Lampung dan Kalianda, sekaligus menjadikan Lampung sebagai penghubung jalur transportasi antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera. Kedua, mengenai keadaan suhu, cuaca dan iklim yang cukup potensial bagi perkebunan, terutama perkebunan singkong, lada, kopi, tebu dan cengkeh yang menjadi komoditas utama bagi provinsi yang terkenal dengan hewan gajahnya ini. Selain itu, potensi lainnya yang dimiliki adalah keadaan bentuk permukaan bumi dengan tanah yang subur, dikelilingi banyak gunung dan pegunungan serta hutannya yang masih terjaga dengan kekayaaan dengan flora dan fauna di dalamnya telah memiliki daya tarik sendiri seperti bukit Barisan di sepanjang pantai sebelah barat dan selatan, dengan dataran rendah di tengah-tengahnya. Gunung Anak Krakatau yang terkenal di dunia pun ikut menambah keeksotisan provinsi ini di teluk Lampung. Sedangkan pantai di sebelah timur selatan menuju perbatasan tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas dengan kekayaan bawah lautnya.
Keadaan alam di Provinsi Lampung yang demikian itu, tentulah berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat Lampung sangat beragam dan kompleks, yang biasa disebut dengan multikultural. Setiap daerah memiliki ke keunikan dan khasan masing-masing. Keunikan tersebut terlahir sebagai hasil dari penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan di provinsi dengan mahkota siger sebagai lambang keagungannya ini . Di Lampung sendiri terdapat berbagai suku baik suku asli maupun suku dari luar. Telah kita ketahui bahwa Lampung memiliki suku-suku asli yang masih ada sampai sekarang, diantaranya suku adat Saibatin yang meliputi masyarakat di Lampung Barat, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran dan sekitarnya, dan suku adat Pepadun yang meliputi Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara, Lampung Tengah dan Lampung Timur. Setiap suku memiliki ke khasan yang saling berbeda satu sama lain seperti bahasa (dialek api dan dialek nyow), upacara adat, kebiasaan, bahkan motif kain tenun tapisnya pun memiliki ciri khasnya. Terlepas dari itu semua, secara keseluruhan suku Lampung yang demikian itu tetap memiliki kesamaan dan kesatuan yang tidak dapat dibedakan lagi sebagai warga Lampung dengan semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” (tanah dengan dua budaya).
Dari berbagai potensi yang telah dijelaskan di atas, maka jelaslah pula bahwa Lampung adalah salah satu provinsi yang besar dan kaya di Indonesia yang harus kita lestarikan bersama. Oleh karena itu, seharusnya program seperti “Visit Lampung Years” yang telah menjadi program pariwisata unggulan Pemprov saat ini, tidaklah sulit untuk mencapai target dan tujuan yang diinginkan apabila semua langkah-langkah yang telah diambil pemerintah itu dapat dilaksanakan dan direalisasikan dengan baik.
Hingga saat ini, pencapaian program yang menjadi tolak ukur pariwisata Lampung ini bisa dikatakan sudah cukup baik, dapat terlihat dari berbagai acara-acara kebudayaan yang rutin diselenggarakan pemerintah mulai dari tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi, diantaranya Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur, dan Festival Megou Pak di Tulang Bawang. Selain itu, terdapat pula wisata budaya yang dapat dikunjungi di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau, Menggala dan Krui. Acara-acara ini dinilai efektif untuk menumbuhkan dan menigkatkan rasa cinta masyarakat terhadap budayanya sendiri, yang sebelumnya dianggap tabu dan terkesan kampungan .
Pemprov Lampung juga telah menetapkan tujuh objek wisata unggulan, yakni :
1. Kawasan Wisata Bakauheni dan Land Mark Menara Siger.
2. Kawasan Ekowisata Kalianda dan sekitarnya.
3. Kawasan Wisata Agro Pekalongan, Lampung Timur.
4. Pengembangan Ekowisata Taman Hutan Rakyat Gunung Betung.
5. Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Way Kambas.
6. Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Selain itu wisata unggulan juga terdapat obyek wisata penunjang yang tersebar di seluruh kabupaten/kota, meliputi 177 obyek wisata alam dan 147 obyek wisata buatan.
Sepatutnya kita sudah cukup bangga dengan upaya yang dilakukan Disbudpar sampai sekarang ini dalam mengembangkan potensi pariwisata, karena telah terlihat peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya. Meskipun demikian, semua itu dirasakan masih belum begitu berarti dan masih jauh dari target yang kita inginkan bersama. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi dalam hal ini, mulai dari persiapannya, program-programnya seperti program promosi yang kurang efektif, sehingga iklim pariwisata sendiri pun belum dapat diciptakan dengan optimal.
Hal ini akan menjadi lebih efektif apabila pemerintah juga melakukan promosi budaya dan pariwisata secara intensif di pasaran nasional atau bahkan internasional melalui internet dan media elektronik seperti televisi dan radio dengan tayangan menarik yang sifatnya lebih global, daripada hanya dengan melakukan program promosi yang cakupannya lebih sempit dan dirasakan kurang efektif seperti kunjungan ke luar negeri yang dilakukan beberapa waktu lalu. Dengan promosi yang begitu menarik tersebut, setiap orang dimana pun berada akan mudah mengakses tayangan dari Disbudpar tentang Lampung dan segala daya tariknya. Alhasil, hal itu akan menjaring wisatawan dari berbagai pelosok daerah dan negara.
Inovasi menjadi sangat diperlukan dalam memperkenalkan budaya dan pariwisata kita. Pemerintah dirasakan kurang tanggap terhadap permintaan dunia pariwisata saat ini, karena terkesan kurang inovatif dan cenderung monoton, bahkan kegiatan pariwisata saat ini seolah-olah hanya dijadikan rutinitas dinas saja dengan mengulang-ulang program tahun sebelumnya tanpa adanya variasi dan inovasi baru yang dipertunjukkan.
Di tahun 2010 ini saja, dinas terkait yaitu Disbudpar Provinsi Lampung mendapat anggaran tahunan sebesar Rp. 10 miliar, namun tidak dibarengi dengan visi yang jelas terhadap kemajuan program pariwisata di provinsi ini, dinas hanya akan melakukan program-program yang telah ada di tahun 2009. Padahal seharusnya ada target yang harus dicapai dengan anggaran Rp. 10 miliar itu. Dengan program pemerintah yang tidak jelas dan tidak inovatif tersebut, maka akan menyebabkan kurang optimalnya eksplorasi terhadap segala potensi pariwisata yang kita miliki.
Begitu banyak potensi luar biasa yang terpendam karena belum tersentuh oleh pemerintah dan investor di tanah Lampung yang kita cintai ini, seperti pantai-pantai di sepanjang pesisir Lampung yang belum tersentuh sepenuhnya, padahal daerah seperti itu adalah asset berharga karena menyimpan begitu banyak potensi, baik potensi keindahan maupun potensi alam bawah laut dan perikanannya. Selain keindahan pantainya, terdapat juga keunggulan lain yang belum tergali di wilayah daratan salah satunya adalah Waduk (danau buatan) Way Rarem. Waduk yang terletak di Kecamatan Abung Barat, Lampung Utara ini, hampir tidak terlihat adanya pengembangan yang dilakukan pemerintah maupun investor, padahal waduk ini juga memiliki potensi besar mulai dari perikanan dan pariwisata. Selain memanfaatkan Bendungan Way Rarem sebagai pengairan, warga disekitar bendungan pun telah memanfaatkan obyek ini untuk budidaya perikanan dengan keramba-kerambanya. Di sekitar bandungan dikelilingi hutan yang rimbun dan alami, masih sering terlihat kera-kera yang bergelantunan di atas pohon, sehingga waduk ini sangat potensial untuk pariwisata alamnya. Sebenarnya pemerintah telah melakukan upaya terhadap pengembangan Waduk Way Rarem ini. Namun karena belum adanya keterlibatan pihak swasta, maka pemerintah belum mampu mengembangkannya secara optimal dan profesional.
Pihak swasta memang memiliki peranan penting dalam pengembangan objek-objek pariwisata kita. Oleh kerena itu, pemerintah juga sebaiknya meningkatkan kerjasama yang lebih intensif lagi dengan pihak swasta, sehingga investor yang akan menanamkan modalnya semakin banyak. Dengan demikian hal itu akan ikut mendekatkan kita pada target pariwisata Provinsi Lampung selama ini. Selain itu, perlu diingat bahwa untuk mencapai sebuah target tersebut perlu adanya kerjasama semua pihak/golongan, bukan hanya antara pemerintah dan swasta tapi dukungan dari masyarakat Lampung sendiri memiliki peranan yang amat penting.
Tahun 2010 ini masyarakat Lampung harus bangkit dan ikut mendukung “Visit Lampung Years 2010” dimulai dengan menanamkan rasa peduli terhadap tanah kelahiran yang kita cintai ini. Kita jangan malu untuk menunjukkan dan memperkenalkan identitas budaya kita kedepan masyarakat umum di luar sana, marilah kita ikut pula dalam melestarikan budaya dengan bisa berbahasa Lampung, serta tidak melupakan norma-norma (piil pesenggighi, sakai sembayan) kita dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Semua itu kita lakukan demi membangun dan memajukan budaya dan pariwisata Lampung untuk masa mendatang. Karena lamen mak gham sapo lagei, lamen mak tanou kapan lagei (kalau bukan kita siapa lagi dan kalau tidak sekarang kapan lagi).



---oo0O0oo---

Rabu, 31 Desember 2008

KERUSAKAN HUTAN : Nilai Penting Bagi Lingkungan dan Pemanasan Global

Oleh:
Muhammad Danepo

Manusia sebagai komponen utama dalam lingkungan hidup, kini telah menjadi komponen utama penyebab terjadi kerusakan hutan dalam lingkungan hidup itu sendiri. Dampak terparah yang akan dirasakan akibat kerusakan lingkungan tersebut adalah terjadinya pemanasan global yang akan menaikkan suhu di permukaan bumi.

Tingginya tingkat kerusakan hutan di Indonesia bahkan di dunia kini telah menjadi masalah besar bagi kita semua. Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat, telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi dan eksploitasi secara berlebihan terhadap Sumber Daya Alam, terutama hutan dan bahan tambang yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakan lingkungan terutama yang berupa degradasi lahan. Padahal lahan hutan dengan sumber dayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan termasuk manusia. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat maupun pemerintah menganggap hutan sebagai objek yang akan menghasilkan banyak keuntungan, tanpa menghiraukan dampak buruk yang akan menimpa lingkungan hidup apabila hutan terus-menerus di eksploitasi. Penyebab utamanya adalah akibat orientasi hidup manusia modern yang cenderung berfaham hedonisme, antroposentrisme, materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan kendaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, telah ikut pula mempercepat dan memperburuk kerusakan hutan yang ada pada lingkungan.

Hutan adalah salah satu bagian terpenting di dalam lingkungan hidup karena hutan akan memberikan berbagai kebutuhan yang diperlukan manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu, keberadaan hutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan makhluk hidup yang ada di bumi ini. Telah kita ketahui, bahwa hutan berfungsi sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi makhluk hidup, sumber ekonomis bagi masyarakat (memproduksi hasil hutan seperti kayu dan barang tambang), sebagai paru-paru dunia, menyimpan dan mengatur persediaan air (orologis), mencegah bencana banjir dan tanah longsor (hidrologis), memengaruhi unsur hujan, suhu, udara, angin, dan kelembaban (klimatologis), serta mancegah pemanasan global.

Indonesia memiliki 10% dari hutan hujan tropis di seluruh dunia yang masih tersisa, dengan dihuni 12% dari jumlah spesies mamalia, 16% binatang reptil dan amfibi, 1.519 spesies burung, dan 25% dari spesies ikan di dunia. Sekitar dua pertiga dari 191 juta hektar daratan Indonesia merupakan kawasan hutan dengan ekosistem yang beragam, mulai dari hutan hujan tropis dataran tinggi sampai hutan lahan gambut, hutan air tawar, dan hutan bakau. Nilai penting sumber daya tersebut kian bertambah, karena hutan merupakan sumber hajat hidup orang banyak. Namun, kualitas hutan kian lama semakin menurun, sejalan dengan perkembangan zaman yang diikuti pertumbuhan penduduk sehingga menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan Sumber Daya Alam yang berasal dari hutan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia akan melakukan berbagai tindakan agar mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dengan sikap egois dan tidak menghiraukan kelestarian fungsi hutan yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem hutan.

Industri perkayuan kapasitas besar dengan permintaan kayu yang terus meningkat sedangkan tidak diikuti oleh perluasan lahan hutan, dan kurangnya personel dari polisi kehutanan (Polhut) untuk menjaga lahan hutan, serta kondisi pemerintah yang korup sehingga menganggap hutan sebagai sumber uang yang dapat di kuras untuk keperluan pribadi atau kelompok, nampaknya menjadi faktor pendorong terjadinya kerusakan hutan di Indonesia. Bentuk kerusakan hutan tersebut berupa pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman, atau kegiatan penambangan yang dilakukan dengan cara menebang atau membakar pepohonan yang ada di hutan, sehingga akan mengakibatkan penyempitan lahan dan berkurangnya tutupan permukaan hutan. Selain itu, pemanfaatan Sumber Daya Alam yang tidak bertanggung jawab dan berlebihan untuk keperluan industri, rumah tangga, dan bahan bangunan akan mengakibatkan rusaknya ekosistem lingkungan. Sebagai contoh dalam lingkup lokal, penebangan liar dan perusakan ekosistem hutan yang terjadi hampir seluruh pulau di negara kita, pencemaran lingkungan yang telah akut di Sumatera Utara, serta kerusakan lingkungan dan pencemaran di Irian Jaya, sebenarnya berawal dari perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab.

Dengan terjadinya kerusakan pada lingkungan tersebut akan menimbulkan dampak yang dirasakan oleh semua makhluk hidup di bumi ini. Salah satu indikator kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh degradasi lahan cukup nyata di depan mata dan sudah sangat sering kita alami, seperti banjir tahunan yang semakin besar dan meluas, erosi dan sedimentasi sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air (kualitas dan kuantitas) yang berakibat terjadinya kasus kelaparan di beberapa wilayah negara. Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam flora dan fauna yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa, apalagi hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar masyarakat. Dampak yang lebih parah lagi akan terjadi pada bumi, dimana terjadinya pemanasan global yang akan mengancam keselamatan seluruh umat manusia.

Pemanasan global merupakan suatu peristiwa yang terjadi ketika adanya konsentrasi gas-gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan asam nitrat yang dikenal dengan gas rumah kaca yang terus bertambah di permukaan udara (atmosfer) bumi. Hal ini terjadi akibat hilangnya fungsi hutan sebagai paru-paru dunia yang menyerap karbondioksida. Karena apabila gas emisi yang berasal dari kendaraan, rumah tangga, dan pabrik industri terus meningkat sedangkan pohon-pohon di hutan sudah tidak mampu menghirupnya, maka gas-gas tersebut akan semakin meningkat dan membentuk suatu lapisan bening yang berperan sebagai selimut (insulator) yang menahan panas dari radiasi matahari sehingga berakibat pada meningkatnya suhu di permukaan bumi. Dewasa ini, bumi mengalami pemanasan sangat cepat yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara, minyak bumi, dan gas alam, serta kebakaran dan penggundulan hutan. Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah 20% dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis.

Selama seratus tahun terakhir, rata-rata suhu bumi telah meningkat sebesar 0,6 °C, dan diperkirakan akan meningkat sebesar 1,4 - 5,8 °C pada tahun 2050. Kenaikan suhu bumi ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub, menaikan suhu lautan sehingga volume dan muka air laut meningkat. Kenaikan volume dan permukaan air laut ini akan mengakibatkan banjir di wilayah-wilayah pantai dan bisa menenggelamkan beberapa pulau. Di wilayah yang mengalami kenaikan suhu ini akan mengalami perubahan iklim yang ditandai dengan curah hujan lebih tinggi, suhu udara meningkat dan pergeseran atau perubahan musim. Evaporasi akan semakin tinggi sehingga kelembaban tanah semakin cepat hilang dan tanah cepat mengering. Kekeringan ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan produksi bahan makanan sehingga terjadi kekurangan bahan makanan dan kelaparan. Kekeringan yang melanda tentunya juga akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit bagi manusia dan hewan. Hewan-hewan akan bermigrasi ke daerah-daerah yang suhunya lebih sesuai. Sedangkan spesies hewan dan tanaman yang tidak mampu berpindah dan menyesuaikan diri (adaptasi) akan musnah.

Potensi yang ditimbulkan oleh pemanasan permukaan bumi dan atmosfer ini sangat besar dan dalam skala luas (global), sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan oleh negara per negara, akan tetapi harus melalui kerjasama antar negara dan kerjasama internasional. Upaya untuk penyelamatan lingkungan sebenarnya telah banyak dilakukan baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders), melalui pendidikan dan pelatihan, pembuatan Peraturan Pemerintah (PP), Undang-Undang (UU), maupun melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta program-program lainnya juga telah banyak dilakukan, akan tetapi hasilnya belum bisa mengimbangi laju kerusakan lingkungan yang terjadi, seolah-olah upaya pengendalian dan perbaikan yang telah dilakukan tak ada pengaruhnya sama sekali.

Untuk mengendalikan dampak pemanasan global, pertama masyarakat dunia diharapkan mengurangi produksi gas karbondioksida dengan mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil dan produksi gas rumah kaca yang lain; Kedua, menekan atau menghentikan penggundulan hutan, dengan cara meningkatkan personel Polisi Kehutanan (Polhut); Ketiga, penghutanan kembali secara besar-besaran untuk menciptakan wilayah serapan (sink) gas karbondioksida, dengan cara menetapkan hari menanam pohon sedunia sehingga penanaman pohon dapat berlangsung secara terus-menerus tanpa menunggu terjadinya kerusakan hutan terlebih dahulu, dan akan selalu mengingatkan masyarakat akan pentingnya peranan hutan dalam kehidupan; Keempat, melokalisasi gas karbondioksida atau dengan menangkap dan menyuntikkannnya ke dalam sumur-sumur minyak bumi untuk mendorong minyak bumi ke permukaan; Kelima, menggantikan bahan bakar fosil dengan mengembangkan bahan bakar alternatif yang dapat di perbaharui (renewable) dan ramah lingkungan, seperti energi Biogas yang dihasilkan oleh kotoran ternak.

Dengan memiliki rasa kesadaran yang tinggi dan melakukan hal-hal positif serta ramah terhadap lingkungan, mudah-mudahan kelestarian akan fungsi hutan dapat terlaksana dan terus berkesinambungan sehingga akan memberikan manfaatnya bagi kehidupan kita. Terciptanya lingkungan yang baik dan seimbang akan membawa kebaikan bagi masyarakat sekelilingnya. Dan sebaliknya, apabila lingkungan rusak dan tidak seimbang akan membawa bencana bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekelilingnya pula.

danepo.blogspot.com

Jumat, 14 November 2008

Pandangan Saya Terhadap Kerusakan Hutan


Kerusakan hutan kini menjadi masalah besar yang belum terselesaikan di indonesia, segudang latar belakang mendasari terjadinya kerusakan hutan, mulai dengan cara tradisional yang menggunakan peralatan sedarhana ataupun aparat pemerintah yang ikut terlibat dalam kasus ini. meskipun berbagai tindakan telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini namun kegiatan yang sangat tidak ramah lingkungan itu tetap marak terjadi di negara pertiwi ini. untuk mengatasi masalah ini, masyarakat memang perlu memiliki kesadaran dari hati nurani mereka sendiri akan pentingnya peranan hutan bagi kelangsungan hidup manusia. karena manusia memiliki perasaan yang tidak pernah puas terhadap apa yang dimilikinya, agaknya sifat itu yang harus dihilangkan dari diri seorang manusia.

Selain itu, permintaan akan kayu yang meningkat dan tak pernah berhenti menyebabkan masyarakat mengesampingkan dampak masalah lingkungan yang sebanarnya telah mereka ketahui sebalumnya. kerusakan hutan memang tidak pernah lepas dari peranan manusia sebagai faktor utama dalam lingkungan, semakin meningkatnya jumlah penduduk disuatu negara menyebabkan akan meningkat pula kebutuhan hidup mereka yang salah satunya berasal dari hutan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan mengeksploitasi semua sumber daya alam yang terdapat pada lingkungan, mulai dengan ilegal loging, sampai pada kebakaran hutan.

Tentunya dengan tindakan manusia yang semakin merajalela, dan tidak diikuti dengan kesadaran untuk mencintai lingkungan menyebabkan terjadinya krisis terhadap lingkungan, dimana lingkungan tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan manusia...

jika hal tersebut terus meningkat di indonesia maka tak heran bencana-bencana yang diakibatkan karena kerusakan hutan akan segera menghampiri negeri ini..

Untuk itu, saya sebagai pemuda bangsa berharap agar masalah negeri kita ini, dapat terselesaikan. saya juga mengajak semua sahabat nusa yang ada di negeri ini mulailah dari mencintai lingkungan dengan berbuat sesuatu yang berharga untuk bumi ini. karena perbuatan kecil yang kita lakukan akan menjadi besar bila dilakukan bersama-sama.

ingatlah.... "PEDULI LINGKUNGAN, KARENA KITA HANYA MEMPUNYAI SATU BUMI"

Kamis, 29 Mei 2008

kebangkitan nasional

kebangkitan nasional diperingati tanggal 20 mei, diwarnai dengan demonstrasi diberbagai daerah.