Rabu, 23 Juni 2010

Visit Lampung Years: Jalan Menuju Kemajuan Budaya dan Pariwisata Kita

Oleh : Muhammad Danepo

Dewasa ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung tengah gencar melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan iklim pariwisata yang terdapat di daerah Lampung. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Lampung, dibuatlah sebuah program pariwisata yang dikenal dengan “Visit Lampung Years 2009’’ dengan tujuan untuk membenahi, menata, dan mengeksplorasi segala potensi pariwisata serta meningkatkan jumlah wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke tanah Lampung ini. Program ini juga menjadi salah satu sumbangsi bagi Pemprov Lampung untuk pemerintah pusat, yakni Kementerian Budaya dan Pariwisata (Kemenbudpar) dalam menyukseskan program “Visit Indonesia Years” yang digodok sejak tahun 2008 lalu.
Sebagai provinsi yang besar dan kaya, Lampung tentunya juga menyimpan berbagai potensi didalamnya yang sangat baik untuk perkembangan pariwisata di Lampung. Potensi ini dapat dibedakan menjadi dua macam yakni potensi alam dan potensi sosial. Potensi alam yang dimiliki, pertama adalah letak geografis Provinsi Lampung yang berada sangat strategis di sebelah paling selatan Pulau Sumatera, sehingga Lampung menjadi provinsi pesisir dengan kekayaan laut dan pantainya, hal ini dapat kita di kawasan pesisir kota Bandar Lampung dan Kalianda, sekaligus menjadikan Lampung sebagai penghubung jalur transportasi antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera. Kedua, mengenai keadaan suhu, cuaca dan iklim yang cukup potensial bagi perkebunan, terutama perkebunan singkong, lada, kopi, tebu dan cengkeh yang menjadi komoditas utama bagi provinsi yang terkenal dengan hewan gajahnya ini. Selain itu, potensi lainnya yang dimiliki adalah keadaan bentuk permukaan bumi dengan tanah yang subur, dikelilingi banyak gunung dan pegunungan serta hutannya yang masih terjaga dengan kekayaaan dengan flora dan fauna di dalamnya telah memiliki daya tarik sendiri seperti bukit Barisan di sepanjang pantai sebelah barat dan selatan, dengan dataran rendah di tengah-tengahnya. Gunung Anak Krakatau yang terkenal di dunia pun ikut menambah keeksotisan provinsi ini di teluk Lampung. Sedangkan pantai di sebelah timur selatan menuju perbatasan tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas dengan kekayaan bawah lautnya.
Keadaan alam di Provinsi Lampung yang demikian itu, tentulah berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat Lampung sangat beragam dan kompleks, yang biasa disebut dengan multikultural. Setiap daerah memiliki ke keunikan dan khasan masing-masing. Keunikan tersebut terlahir sebagai hasil dari penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan di provinsi dengan mahkota siger sebagai lambang keagungannya ini . Di Lampung sendiri terdapat berbagai suku baik suku asli maupun suku dari luar. Telah kita ketahui bahwa Lampung memiliki suku-suku asli yang masih ada sampai sekarang, diantaranya suku adat Saibatin yang meliputi masyarakat di Lampung Barat, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran dan sekitarnya, dan suku adat Pepadun yang meliputi Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara, Lampung Tengah dan Lampung Timur. Setiap suku memiliki ke khasan yang saling berbeda satu sama lain seperti bahasa (dialek api dan dialek nyow), upacara adat, kebiasaan, bahkan motif kain tenun tapisnya pun memiliki ciri khasnya. Terlepas dari itu semua, secara keseluruhan suku Lampung yang demikian itu tetap memiliki kesamaan dan kesatuan yang tidak dapat dibedakan lagi sebagai warga Lampung dengan semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” (tanah dengan dua budaya).
Dari berbagai potensi yang telah dijelaskan di atas, maka jelaslah pula bahwa Lampung adalah salah satu provinsi yang besar dan kaya di Indonesia yang harus kita lestarikan bersama. Oleh karena itu, seharusnya program seperti “Visit Lampung Years” yang telah menjadi program pariwisata unggulan Pemprov saat ini, tidaklah sulit untuk mencapai target dan tujuan yang diinginkan apabila semua langkah-langkah yang telah diambil pemerintah itu dapat dilaksanakan dan direalisasikan dengan baik.
Hingga saat ini, pencapaian program yang menjadi tolak ukur pariwisata Lampung ini bisa dikatakan sudah cukup baik, dapat terlihat dari berbagai acara-acara kebudayaan yang rutin diselenggarakan pemerintah mulai dari tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi, diantaranya Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur, dan Festival Megou Pak di Tulang Bawang. Selain itu, terdapat pula wisata budaya yang dapat dikunjungi di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau, Menggala dan Krui. Acara-acara ini dinilai efektif untuk menumbuhkan dan menigkatkan rasa cinta masyarakat terhadap budayanya sendiri, yang sebelumnya dianggap tabu dan terkesan kampungan .
Pemprov Lampung juga telah menetapkan tujuh objek wisata unggulan, yakni :
1. Kawasan Wisata Bakauheni dan Land Mark Menara Siger.
2. Kawasan Ekowisata Kalianda dan sekitarnya.
3. Kawasan Wisata Agro Pekalongan, Lampung Timur.
4. Pengembangan Ekowisata Taman Hutan Rakyat Gunung Betung.
5. Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Way Kambas.
6. Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Selain itu wisata unggulan juga terdapat obyek wisata penunjang yang tersebar di seluruh kabupaten/kota, meliputi 177 obyek wisata alam dan 147 obyek wisata buatan.
Sepatutnya kita sudah cukup bangga dengan upaya yang dilakukan Disbudpar sampai sekarang ini dalam mengembangkan potensi pariwisata, karena telah terlihat peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya. Meskipun demikian, semua itu dirasakan masih belum begitu berarti dan masih jauh dari target yang kita inginkan bersama. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi dalam hal ini, mulai dari persiapannya, program-programnya seperti program promosi yang kurang efektif, sehingga iklim pariwisata sendiri pun belum dapat diciptakan dengan optimal.
Hal ini akan menjadi lebih efektif apabila pemerintah juga melakukan promosi budaya dan pariwisata secara intensif di pasaran nasional atau bahkan internasional melalui internet dan media elektronik seperti televisi dan radio dengan tayangan menarik yang sifatnya lebih global, daripada hanya dengan melakukan program promosi yang cakupannya lebih sempit dan dirasakan kurang efektif seperti kunjungan ke luar negeri yang dilakukan beberapa waktu lalu. Dengan promosi yang begitu menarik tersebut, setiap orang dimana pun berada akan mudah mengakses tayangan dari Disbudpar tentang Lampung dan segala daya tariknya. Alhasil, hal itu akan menjaring wisatawan dari berbagai pelosok daerah dan negara.
Inovasi menjadi sangat diperlukan dalam memperkenalkan budaya dan pariwisata kita. Pemerintah dirasakan kurang tanggap terhadap permintaan dunia pariwisata saat ini, karena terkesan kurang inovatif dan cenderung monoton, bahkan kegiatan pariwisata saat ini seolah-olah hanya dijadikan rutinitas dinas saja dengan mengulang-ulang program tahun sebelumnya tanpa adanya variasi dan inovasi baru yang dipertunjukkan.
Di tahun 2010 ini saja, dinas terkait yaitu Disbudpar Provinsi Lampung mendapat anggaran tahunan sebesar Rp. 10 miliar, namun tidak dibarengi dengan visi yang jelas terhadap kemajuan program pariwisata di provinsi ini, dinas hanya akan melakukan program-program yang telah ada di tahun 2009. Padahal seharusnya ada target yang harus dicapai dengan anggaran Rp. 10 miliar itu. Dengan program pemerintah yang tidak jelas dan tidak inovatif tersebut, maka akan menyebabkan kurang optimalnya eksplorasi terhadap segala potensi pariwisata yang kita miliki.
Begitu banyak potensi luar biasa yang terpendam karena belum tersentuh oleh pemerintah dan investor di tanah Lampung yang kita cintai ini, seperti pantai-pantai di sepanjang pesisir Lampung yang belum tersentuh sepenuhnya, padahal daerah seperti itu adalah asset berharga karena menyimpan begitu banyak potensi, baik potensi keindahan maupun potensi alam bawah laut dan perikanannya. Selain keindahan pantainya, terdapat juga keunggulan lain yang belum tergali di wilayah daratan salah satunya adalah Waduk (danau buatan) Way Rarem. Waduk yang terletak di Kecamatan Abung Barat, Lampung Utara ini, hampir tidak terlihat adanya pengembangan yang dilakukan pemerintah maupun investor, padahal waduk ini juga memiliki potensi besar mulai dari perikanan dan pariwisata. Selain memanfaatkan Bendungan Way Rarem sebagai pengairan, warga disekitar bendungan pun telah memanfaatkan obyek ini untuk budidaya perikanan dengan keramba-kerambanya. Di sekitar bandungan dikelilingi hutan yang rimbun dan alami, masih sering terlihat kera-kera yang bergelantunan di atas pohon, sehingga waduk ini sangat potensial untuk pariwisata alamnya. Sebenarnya pemerintah telah melakukan upaya terhadap pengembangan Waduk Way Rarem ini. Namun karena belum adanya keterlibatan pihak swasta, maka pemerintah belum mampu mengembangkannya secara optimal dan profesional.
Pihak swasta memang memiliki peranan penting dalam pengembangan objek-objek pariwisata kita. Oleh kerena itu, pemerintah juga sebaiknya meningkatkan kerjasama yang lebih intensif lagi dengan pihak swasta, sehingga investor yang akan menanamkan modalnya semakin banyak. Dengan demikian hal itu akan ikut mendekatkan kita pada target pariwisata Provinsi Lampung selama ini. Selain itu, perlu diingat bahwa untuk mencapai sebuah target tersebut perlu adanya kerjasama semua pihak/golongan, bukan hanya antara pemerintah dan swasta tapi dukungan dari masyarakat Lampung sendiri memiliki peranan yang amat penting.
Tahun 2010 ini masyarakat Lampung harus bangkit dan ikut mendukung “Visit Lampung Years 2010” dimulai dengan menanamkan rasa peduli terhadap tanah kelahiran yang kita cintai ini. Kita jangan malu untuk menunjukkan dan memperkenalkan identitas budaya kita kedepan masyarakat umum di luar sana, marilah kita ikut pula dalam melestarikan budaya dengan bisa berbahasa Lampung, serta tidak melupakan norma-norma (piil pesenggighi, sakai sembayan) kita dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Semua itu kita lakukan demi membangun dan memajukan budaya dan pariwisata Lampung untuk masa mendatang. Karena lamen mak gham sapo lagei, lamen mak tanou kapan lagei (kalau bukan kita siapa lagi dan kalau tidak sekarang kapan lagi).



---oo0O0oo---