Rabu, 31 Desember 2008

KERUSAKAN HUTAN : Nilai Penting Bagi Lingkungan dan Pemanasan Global

Oleh:
Muhammad Danepo

Manusia sebagai komponen utama dalam lingkungan hidup, kini telah menjadi komponen utama penyebab terjadi kerusakan hutan dalam lingkungan hidup itu sendiri. Dampak terparah yang akan dirasakan akibat kerusakan lingkungan tersebut adalah terjadinya pemanasan global yang akan menaikkan suhu di permukaan bumi.

Tingginya tingkat kerusakan hutan di Indonesia bahkan di dunia kini telah menjadi masalah besar bagi kita semua. Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat, telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi dan eksploitasi secara berlebihan terhadap Sumber Daya Alam, terutama hutan dan bahan tambang yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakan lingkungan terutama yang berupa degradasi lahan. Padahal lahan hutan dengan sumber dayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan termasuk manusia. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat maupun pemerintah menganggap hutan sebagai objek yang akan menghasilkan banyak keuntungan, tanpa menghiraukan dampak buruk yang akan menimpa lingkungan hidup apabila hutan terus-menerus di eksploitasi. Penyebab utamanya adalah akibat orientasi hidup manusia modern yang cenderung berfaham hedonisme, antroposentrisme, materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan kendaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, telah ikut pula mempercepat dan memperburuk kerusakan hutan yang ada pada lingkungan.

Hutan adalah salah satu bagian terpenting di dalam lingkungan hidup karena hutan akan memberikan berbagai kebutuhan yang diperlukan manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu, keberadaan hutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan makhluk hidup yang ada di bumi ini. Telah kita ketahui, bahwa hutan berfungsi sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi makhluk hidup, sumber ekonomis bagi masyarakat (memproduksi hasil hutan seperti kayu dan barang tambang), sebagai paru-paru dunia, menyimpan dan mengatur persediaan air (orologis), mencegah bencana banjir dan tanah longsor (hidrologis), memengaruhi unsur hujan, suhu, udara, angin, dan kelembaban (klimatologis), serta mancegah pemanasan global.

Indonesia memiliki 10% dari hutan hujan tropis di seluruh dunia yang masih tersisa, dengan dihuni 12% dari jumlah spesies mamalia, 16% binatang reptil dan amfibi, 1.519 spesies burung, dan 25% dari spesies ikan di dunia. Sekitar dua pertiga dari 191 juta hektar daratan Indonesia merupakan kawasan hutan dengan ekosistem yang beragam, mulai dari hutan hujan tropis dataran tinggi sampai hutan lahan gambut, hutan air tawar, dan hutan bakau. Nilai penting sumber daya tersebut kian bertambah, karena hutan merupakan sumber hajat hidup orang banyak. Namun, kualitas hutan kian lama semakin menurun, sejalan dengan perkembangan zaman yang diikuti pertumbuhan penduduk sehingga menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan Sumber Daya Alam yang berasal dari hutan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia akan melakukan berbagai tindakan agar mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dengan sikap egois dan tidak menghiraukan kelestarian fungsi hutan yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem hutan.

Industri perkayuan kapasitas besar dengan permintaan kayu yang terus meningkat sedangkan tidak diikuti oleh perluasan lahan hutan, dan kurangnya personel dari polisi kehutanan (Polhut) untuk menjaga lahan hutan, serta kondisi pemerintah yang korup sehingga menganggap hutan sebagai sumber uang yang dapat di kuras untuk keperluan pribadi atau kelompok, nampaknya menjadi faktor pendorong terjadinya kerusakan hutan di Indonesia. Bentuk kerusakan hutan tersebut berupa pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman, atau kegiatan penambangan yang dilakukan dengan cara menebang atau membakar pepohonan yang ada di hutan, sehingga akan mengakibatkan penyempitan lahan dan berkurangnya tutupan permukaan hutan. Selain itu, pemanfaatan Sumber Daya Alam yang tidak bertanggung jawab dan berlebihan untuk keperluan industri, rumah tangga, dan bahan bangunan akan mengakibatkan rusaknya ekosistem lingkungan. Sebagai contoh dalam lingkup lokal, penebangan liar dan perusakan ekosistem hutan yang terjadi hampir seluruh pulau di negara kita, pencemaran lingkungan yang telah akut di Sumatera Utara, serta kerusakan lingkungan dan pencemaran di Irian Jaya, sebenarnya berawal dari perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab.

Dengan terjadinya kerusakan pada lingkungan tersebut akan menimbulkan dampak yang dirasakan oleh semua makhluk hidup di bumi ini. Salah satu indikator kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh degradasi lahan cukup nyata di depan mata dan sudah sangat sering kita alami, seperti banjir tahunan yang semakin besar dan meluas, erosi dan sedimentasi sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air (kualitas dan kuantitas) yang berakibat terjadinya kasus kelaparan di beberapa wilayah negara. Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam flora dan fauna yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa, apalagi hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar masyarakat. Dampak yang lebih parah lagi akan terjadi pada bumi, dimana terjadinya pemanasan global yang akan mengancam keselamatan seluruh umat manusia.

Pemanasan global merupakan suatu peristiwa yang terjadi ketika adanya konsentrasi gas-gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan asam nitrat yang dikenal dengan gas rumah kaca yang terus bertambah di permukaan udara (atmosfer) bumi. Hal ini terjadi akibat hilangnya fungsi hutan sebagai paru-paru dunia yang menyerap karbondioksida. Karena apabila gas emisi yang berasal dari kendaraan, rumah tangga, dan pabrik industri terus meningkat sedangkan pohon-pohon di hutan sudah tidak mampu menghirupnya, maka gas-gas tersebut akan semakin meningkat dan membentuk suatu lapisan bening yang berperan sebagai selimut (insulator) yang menahan panas dari radiasi matahari sehingga berakibat pada meningkatnya suhu di permukaan bumi. Dewasa ini, bumi mengalami pemanasan sangat cepat yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara, minyak bumi, dan gas alam, serta kebakaran dan penggundulan hutan. Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah 20% dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis.

Selama seratus tahun terakhir, rata-rata suhu bumi telah meningkat sebesar 0,6 °C, dan diperkirakan akan meningkat sebesar 1,4 - 5,8 °C pada tahun 2050. Kenaikan suhu bumi ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub, menaikan suhu lautan sehingga volume dan muka air laut meningkat. Kenaikan volume dan permukaan air laut ini akan mengakibatkan banjir di wilayah-wilayah pantai dan bisa menenggelamkan beberapa pulau. Di wilayah yang mengalami kenaikan suhu ini akan mengalami perubahan iklim yang ditandai dengan curah hujan lebih tinggi, suhu udara meningkat dan pergeseran atau perubahan musim. Evaporasi akan semakin tinggi sehingga kelembaban tanah semakin cepat hilang dan tanah cepat mengering. Kekeringan ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan produksi bahan makanan sehingga terjadi kekurangan bahan makanan dan kelaparan. Kekeringan yang melanda tentunya juga akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit bagi manusia dan hewan. Hewan-hewan akan bermigrasi ke daerah-daerah yang suhunya lebih sesuai. Sedangkan spesies hewan dan tanaman yang tidak mampu berpindah dan menyesuaikan diri (adaptasi) akan musnah.

Potensi yang ditimbulkan oleh pemanasan permukaan bumi dan atmosfer ini sangat besar dan dalam skala luas (global), sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan oleh negara per negara, akan tetapi harus melalui kerjasama antar negara dan kerjasama internasional. Upaya untuk penyelamatan lingkungan sebenarnya telah banyak dilakukan baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders), melalui pendidikan dan pelatihan, pembuatan Peraturan Pemerintah (PP), Undang-Undang (UU), maupun melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta program-program lainnya juga telah banyak dilakukan, akan tetapi hasilnya belum bisa mengimbangi laju kerusakan lingkungan yang terjadi, seolah-olah upaya pengendalian dan perbaikan yang telah dilakukan tak ada pengaruhnya sama sekali.

Untuk mengendalikan dampak pemanasan global, pertama masyarakat dunia diharapkan mengurangi produksi gas karbondioksida dengan mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil dan produksi gas rumah kaca yang lain; Kedua, menekan atau menghentikan penggundulan hutan, dengan cara meningkatkan personel Polisi Kehutanan (Polhut); Ketiga, penghutanan kembali secara besar-besaran untuk menciptakan wilayah serapan (sink) gas karbondioksida, dengan cara menetapkan hari menanam pohon sedunia sehingga penanaman pohon dapat berlangsung secara terus-menerus tanpa menunggu terjadinya kerusakan hutan terlebih dahulu, dan akan selalu mengingatkan masyarakat akan pentingnya peranan hutan dalam kehidupan; Keempat, melokalisasi gas karbondioksida atau dengan menangkap dan menyuntikkannnya ke dalam sumur-sumur minyak bumi untuk mendorong minyak bumi ke permukaan; Kelima, menggantikan bahan bakar fosil dengan mengembangkan bahan bakar alternatif yang dapat di perbaharui (renewable) dan ramah lingkungan, seperti energi Biogas yang dihasilkan oleh kotoran ternak.

Dengan memiliki rasa kesadaran yang tinggi dan melakukan hal-hal positif serta ramah terhadap lingkungan, mudah-mudahan kelestarian akan fungsi hutan dapat terlaksana dan terus berkesinambungan sehingga akan memberikan manfaatnya bagi kehidupan kita. Terciptanya lingkungan yang baik dan seimbang akan membawa kebaikan bagi masyarakat sekelilingnya. Dan sebaliknya, apabila lingkungan rusak dan tidak seimbang akan membawa bencana bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekelilingnya pula.

danepo.blogspot.com

Jumat, 14 November 2008

Pandangan Saya Terhadap Kerusakan Hutan


Kerusakan hutan kini menjadi masalah besar yang belum terselesaikan di indonesia, segudang latar belakang mendasari terjadinya kerusakan hutan, mulai dengan cara tradisional yang menggunakan peralatan sedarhana ataupun aparat pemerintah yang ikut terlibat dalam kasus ini. meskipun berbagai tindakan telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini namun kegiatan yang sangat tidak ramah lingkungan itu tetap marak terjadi di negara pertiwi ini. untuk mengatasi masalah ini, masyarakat memang perlu memiliki kesadaran dari hati nurani mereka sendiri akan pentingnya peranan hutan bagi kelangsungan hidup manusia. karena manusia memiliki perasaan yang tidak pernah puas terhadap apa yang dimilikinya, agaknya sifat itu yang harus dihilangkan dari diri seorang manusia.

Selain itu, permintaan akan kayu yang meningkat dan tak pernah berhenti menyebabkan masyarakat mengesampingkan dampak masalah lingkungan yang sebanarnya telah mereka ketahui sebalumnya. kerusakan hutan memang tidak pernah lepas dari peranan manusia sebagai faktor utama dalam lingkungan, semakin meningkatnya jumlah penduduk disuatu negara menyebabkan akan meningkat pula kebutuhan hidup mereka yang salah satunya berasal dari hutan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan mengeksploitasi semua sumber daya alam yang terdapat pada lingkungan, mulai dengan ilegal loging, sampai pada kebakaran hutan.

Tentunya dengan tindakan manusia yang semakin merajalela, dan tidak diikuti dengan kesadaran untuk mencintai lingkungan menyebabkan terjadinya krisis terhadap lingkungan, dimana lingkungan tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan manusia...

jika hal tersebut terus meningkat di indonesia maka tak heran bencana-bencana yang diakibatkan karena kerusakan hutan akan segera menghampiri negeri ini..

Untuk itu, saya sebagai pemuda bangsa berharap agar masalah negeri kita ini, dapat terselesaikan. saya juga mengajak semua sahabat nusa yang ada di negeri ini mulailah dari mencintai lingkungan dengan berbuat sesuatu yang berharga untuk bumi ini. karena perbuatan kecil yang kita lakukan akan menjadi besar bila dilakukan bersama-sama.

ingatlah.... "PEDULI LINGKUNGAN, KARENA KITA HANYA MEMPUNYAI SATU BUMI"

Kamis, 29 Mei 2008

kebangkitan nasional

kebangkitan nasional diperingati tanggal 20 mei, diwarnai dengan demonstrasi diberbagai daerah.